Jumat, 30 September 2011

Me As A Sunday School Teacher Pt. 2 (Creativity Belongs To God)

Ah, bicara soal Sekolah Minggu itu topik yang membuat gw menggebu-gebu.
Pelayanan gw sekarang memang fokus di Pemuda dan Remaja, tapi secara jam terbang, gw masih lebih pro soal Sekolah Minggu.

Pernah ikut sebuah pertemuan Sunday School Worker bikinan Yayasan Domba Kecil, dan di sana gw mendengar seorang ahli Sekolah Minggu bilang, "Mengajar Sekolah Minggu itu butuh kreatifitas! Kembangkan imajinas!" Pertanyaan gw di dalam hati, "Kalo gak kreatif gimana?" Yang langsung dijawab oleh si ahli itu, "Allah sumber kreatifitas, minta saja pada-Nya!" Wah, langsung gw praktekin, mengingat pada saat itu gw masih cupu dalam ngajar Sekolah Minggu, jadilah setiap kali gw masuk kelas, malemnya gw berdoa dulu, minta kreatifitas. 
He is a marvelous God, wah, Dia kan yang ciptain semua detail alam semesta ini, masa Dia gak sanggup kasih gw icde-ide segar untuk memikat anak-anak kecil itu mengenal Sang Pencipta :)

Idealnya mengajar Sekolah Minggu itu harus per-usia! Wajib nih menurut hemat gw.. Karena lebih fokus, lebih terarah, mengajar siapa, apa yang diajarkan, bagaimana mengajarkannya jadi lebih mudah nembak sasarannya :) 

Beberapa tips gw buat guru-guru Sekolah Minggu sbb:
(ohya, tips ini sifatnya general, mungkin di tulisan-tulisan lainnya nanti bisa lebih spesifik per-usia anak)

1. Persiapan

Kadar keberhasilan saat mengajar SM itu 85% dari persiapan, 15% dari eksekusi di hari-H nya. Yang gw lakukan saat persiapan ya jelas pertama-tama gw berdoa, gw baca bahan pelajaran (kalau ada bahannya), kalau lagi special edition tanpa bahan yah gw merenung-renung soal kondisi anak yang gw ajar.
Penting banget untuk tau usia berapa mereka, kelas berapa di sekolahnya, lalu mulailah membayangkan dan mengingat-ingat seperti apa rasanya menjadi seumur mereka. 

Kondisi melahirkan beban, beban melahirkan passion, passion melahirkan commitment. Tau dulu kondisi mereka, terbeban, berhasrat dan berkomitmen. Nah si komitmen ini diwujudkan dengan persiapan yang matang. Guru SM harus hafal jalan ceritanya, hafal ayat mas-nya, hafal nama setiap anak kalau memungkinkan. Sediain semua perlengkapan yang dibutuhkan, bikin back-up kalau-kalau gak bisa pastikan berapa jumlah murid yang hadir. Misalnya coloring sheet, lebih baik sediakan lebih, karena kalau sampai kita lalai menyediakan coloring sheet dan akhirnya ada 1 orang anak yang gak dapat coloring sheet, itu bakal menyakiti hati dia. Jadi pastikan semua perlengkapan tersedia.

Ohya, gw suka banget sama buku panduan yang mencantumkan tujuan dan sasaran pelajaran. Ini penting buat gw, karena gw jadi tau, apa yang jadi tujuan pelajarannya, berpengaruh juga sama cara gw bercerita (yang akan dijelasin di point 2) Jadi, kita perlu tuSar, supaya kita punya koridor, apa sih yang akan dibawa pulang sama anak-anak setelah kita mengajar

2. Jangan cerita panjang-panjang!

Mempersiapkan cerita untuk anak-anak, menurut gw, gak boleh panjang-panjang, hemat kata, hemat istilah. Cerita harus jelas, sederhana, pesan rohani nya gak usah banyak-banyak, 1 (satu) saja cukup.

Contohnya begini:
Cerita tentang Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang akan dimasukkan ke dalam perapian (Daniel 3). Dalam cerita ini kita bisa ambil banyak pesan rohani. Apakah?
> Jangan menyembah berhala, yang tersirat dalam ayat 12.
> Integritas dan kepercayaan penuh pada Allah, yang tersirat dalam ayat 17.
> Mujizat yang menunjukkan Allah itu berkuasa, yang tersirat dalam ayat 26-27

Jadi, menurut gw fokus pada 1 (satu) saja pesan rohani, oke keseluruhan kisah di Daniel 3 ini boleh dipaparkan semua, tapi lebih detail dan ulang-ulang terus kisah di bagian mana salah satu pesan rohani ingin disampaikan.

Lebih efektif untuk anak-anak hafal 1 (satu) saja pesan rohani yang mereka bawa pulang, dan mereka ingat bahkan sampai minggu depan, dan gak mustahil sampai mereka dewasa... Dibandingkan kita jejali dengan berbagai pesan rohani dari sebuah kisah, yang malahan gak mereka ingat satupun :(

3. Anak suka mengerjakan sesuatu.

Untuk anak usia kanak-kanak, pratama dan madya (5-10 tahun), mereka suka sekali mengerjakan sesuatu. Yang lebih kecil suka menggambar, mewarnai, susun puzzle, games, menyanyi dengan gerakan, kuis, tebak gambar, bikin kerajinan tangan dll dsb. Jadi pastikan deh, selalu bawa sebuah pekerjaan yang bisa dikerjakan di dalam kelas. 

Andalan gw sih kalo masuk kelas kecil, yah coloring sheet sama alat mewarnai, tinggal buka mbah google, ketik keyword "coloring sheet" ditambah dengan ceritanya, misalnya bahtera nuh yah tambah aja keyword "noah's ark" keyword bahasa inggris itu lebih mantep :p

Nah, laen ceritanya sama anak tunas remaja, sepengalaman gw siiih, tantangan banget ni buat ngajar anak pra-remaja, mereka gak suka pekerjaan. Yang mereka suka adalah: ngobrol. trust me! Jadi, ganti waktu untuk pekerjaan tangan dengan diskusi. Tema diskusinya? teman dan sekolah. Semakin banyak mereka bercerita soal keseharian mereka di sekolah, semakin kita bisa cari celah untuk beritakan Injil yang relevan soal kondisi mereka, seperti misalnya tema-tema semacam: "Bagaimana bersikap saat teman-teman mengucilkan seorang teman yang miskin/jelek, apakah kita juga harus bersikap sama?" atau "Bagaimana menghadapi teman yang suka usil dan nakal?" waah, trust me, it works :p

4. Surprise!

Anak-anak tuh suka banget surprise, entah itu cuma hadiah berupa permen atau snack-snack yang gopean, atau bawa buah atau makanan ke dalam kelas? Gw pernah bawa semangka ke kelas saat ngajarin soal Tritunggal, mereka seneng banget makan semangka dingin.
Waktu kebaktian gabungan (semua usia digabung jadi satu), gw pernah tempelin ayat mas di kolong bangku mereka (capek banget pinggang gw nempelin ayat mas di kolong 80 kursi!) dan mereka suprise waktu gw suruh mereka berdiri, hadap bangku, jongkok, lalu cari ayat masnya. :) cuma modal ngeprint 3 lembar a4 sama selotape :p
Pokoknya berusahalah untuk kasih mereka surprise, anak SM semua usia suka surprise :p

5. Tegas

Ini gak maen-maen nih, soal ketegasan itu menentukan keberhasilan kita menguasai kelas. Misalnya, buat dulu peraturan di awal, do's and dont's nya.. Lalu, konsisten sama peraturan itu. Tapi jangan terlalu banyak peraturan. Misalnya ada tuh guru yang suka bikin peraturan gak boleh minum dan makan di kelas, anak-anak kan banyak gerak susah banget buat suruh mereka nahan haus. Nah trus kalo kejadiannya kita yang bawa makanan di kelas, peraturan ini bisa serang kita balik >_<" 

Itu baru 5 tips yang gw inget malam ini, dan gw rasa emang iya, kita harus peka sama siKon anak-anak, learning by doing, trial and error, dua hal itu menurut gw adalah guru yang paling baik. 
Satu lagi yang perlu diingat, waktu kita mengajar, kita lagi memberitakan Firman Tuhan, jadi mintalah sama Sang Empunya Firman itu untuk tolong kita, dan tolong anak-anak yang kita layani, tanpa mengabaikan hikmat :D

Selamat mengajar! 

Sincerely,
dind

1 komentar:

  1. Such a great topic, you have a good commitment there.. Keep the spirit. I myself was a Sunday School Teacher also, but my job brought me to another path (such a big mistake ever happened) :( . Read your blog kind of remind me how great being a Sunday School teacher was. Let others read this and be blessed. GBU :)

    BalasHapus